BERITA UNIK BERITA VIRAL

Apakah Paraben dalam Kosmetik Perlu Diwaspadai?

Apakah Paraben dalam Kosmetik Perlu Di waspadai?

PELANGIKOIN -Paraben adalah bahan kimia yang umum di gunakan sebagai pengawet dalam produk kecantikan. Bahkan, ini sudah ada sejak tahun 1920-an. Jumlah tinggi paraben juga bisa di temukan dalam makanan olahan.

Paraben mendapat reputasi buruk di komunitas kecantikan alami dan di anggap sebagai bahan kimia berbahaya yang harus di hindari. Namun, apakah benar kita perlu benar-benar menghindari paraben dalam produk kosmetik?PELANGIKOIN

1. Kenapa ada paraben dalam produk kecantikan?

Seperti yang di sebut sebelumnya, paraben di gunakan sebagai pengawet untuk meningkatkan umur simpan dan membantu mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri.

Kadang, paraben tidak selalu di tuliskan sebagai “paraben”. Di lansir Greatist, beberapa paraben yang paling umum di gunakan dalam produk kecantikan meliputi:

  • Methylparaben.
  • Propylparaben.
  • Butylparaben.
  • Isobutylparaben.
  • Ethylparaben.
  • Isopropylparaben.

Beberapa jenama produk kecantikan yang “bersih” mengganti paraben dengan bahan yang lebih aman, seperti caprylyl glycol and ekstrak rosemary. Sayangnya, ini berarti produk tersebut memiliki umur simpan yang lebih singkat.

Baca juga : 5 Sunscreen dengan Calendula, Atasi Kerusakan Kulit

Paraben sering di gunakan dalam produk rias wajah, pelembap, produk perawatan rambut, dan produk pencukur rambut. Lebih jarang, paraben juga ada dalam deodoran.

Biasanya paraben lebih umum di temukan dalam produk leave-on dan rinse-off dengan kandungan air yang tinggi, misalnya sampo dan kondisioner. Ini karena air bisa menjadi tempat bakteri berkembang biak.

Juga, tidak aneh melihat lebih dari satu paraben dalam daftar bahan. Kombinasi ini di perlukan untuk membantu mencegah berbagai macam mikroorganisme.

2. Apakah paraben dapat memengaruhi hormon?

Apakah Paraben dalam Kosmetik Perlu Diwaspadai?ilustrasi produk kecantikan

Saat menggunakan produk yang mengandung paraben, tubuh bisa menyerapkan melalui kulit. Centers for Di sease Control and Prevention (CDC) bahkan telah menguji urine untuk mengetahui kadar methylparaben dan propylparaben dalam tubuh, terutama pada perempuan yang lebih banyak menggunakan produk yang mengandung paraben. Lantas, apakah ini berbahaya?

Menurut laporan dalam jurnal Molecular and Cellular Endocrinology tahun 2018, paraben dapat mengganggu endokrin. Artinya, paraben dapat mengelabui tubuh agar percaya bahwa itu adalah hormon. Kalau sampai terjadi ketidakseimbangan hormon, tubuh bisa mengalami masalah.

Baca juga : 5 Sunscreen dengan Calendula, Atasi Kerusakan Kulit

Uji terhadap hewan yang di terbitkan dalam jurnal Reproductive Toxicology tahun 2010, parabens propyl-, isopropyl-, dan isobutylparaben di temukan meniru hormon estrogen. Ini pada gilirannya mengganggu sinyal hormon dan bahkan merusak perkembangan reproduksi tikus betina.

Meski demikian, perlu di ingat bahwa ini adalah studi laboratorium dan partisipannya bukan manusia. Faktanya, beberapa penelitian pada manusia yang di laporkan dalam jurnal Current Opinion in Obstetrics and Gynecology tahun 2017 memiliki hasil yang bertentangan.

3. Apakah paraben dapat menyebabkan kanker payudara?

Karena paraben dapat meniru estrogen dalam tubuh, bahan kimia ini telah di pelajari terkait kanker payudara.

Banyak penelitian terhadap manusia telah menemukan paraben dalam jaringan kanker payudara. Akan tetapi, penelitian ini juga tidak bisa membuktikan hubungan sebab akibat yang pasti, terutama karena ada berbagai faktor risiko kanker payudara.

Baca juga : 5 Sunscreen dengan Calendula, Atasi Kerusakan Kulit

Namun, menurut satu studi dalam Biomedical and Environmental Sciences tahun 2019 terhadap perempuan dengan kanker payudara di Iran, di temukan bahwa jumlah paraben yang di konsumsi meningkatkan risiko, terutama pada mereka yang hidup dengan kanker payudara herediter.

Intinya, mungkin ada kaitan antara paraben dan kanker payudara, tetapi tidak 100 persen. Untuk saat ini informasi yang ada sangat beragam, dan belum ada hubungan substansial antara kanker payudara dan paraben. Namun, beberapa perempuan, terutama yang memiliki riwayat kanker payudara dalam keluarga, lebih memilih untuk tidak menggunakan produk yang mengandung paraben karena dapat mengacaukan kadar hormon estrogen.

4. Apakah paraben berdampak buruk bagi lingkungan?

Apakah Paraben dalam Kosmetik Perlu Diwaspadai?ilustrasi menggunakan tabir surya

Paraben telah di kaitkan dengan kerusakan ekologis, terutama di bawah laut. Menurut studi dalam jurnal Environmental Health Perspectives tahun 2008, kadar butylparaben yang rendah dalam produk tabir surya dapat memutihkan karang, yang pada akhirnya dapat membunuhnya.

Air limbah atau sungai juga mungkin membawa paraben. Menurut studi dalam jurnal Water Research tahun 2015, paraben juga di temukan dalam ikan, air permukaan, dan sedimen—dengan methyl- dan propylparaben yang paling menonjol.

Baca juga : 5 Sunscreen dengan Calendula, Atasi Kerusakan Kulit

Penelitian dalam jurnal Environmental Science & Technology tahun 2015 juga melaporkan bahwa paraben di temukan dalam jaringan mamalia laut seperti berang-berang laut, lumba-lumba, dan beruang kutub. Seberapa beracun ini belum di ketahui.

5. Apakah paraben adalah dalam di balik reaksi kulit?

Apa pun yang kamu gunakan untuk kulit, termasuk paraben, dapat menyebabkan iritasi kulit.

Beberapa orang mungkin sensitif terhadap paraben dan ini memicu iritasi kulit. Penelitian dalam Skin Therapy Letter tahun 2013 telah menemukan bahwa dermatitis kontak biasanya di sebabkan oleh penggunaan produk paraben pada kulit yang sudah rusak.

Kesimpulannya, paraben bisa menyebabkan iritasi kulit, tetapi ini tidak di alami setiap orang. Ini lebih merupakan situasi alergi atau sensitivitas. 

6. Jadi, apakah paraben aman? Apakah penggunaannya di atur?

Apakah Paraben dalam Kosmetik Perlu Diwaspadai?ilustrasi produk perawatan kecantikan

Dalam laman Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia No: HK.00.05.42.1018 tentang Bahan Kosmetik menyantumkan daftar bahan yang di izinkan di gunakan dalam kosmetik dengan pembatasan dan persyaratan penggunaan.

Di antaranya penggunaan bahan paraben yaitu nama dagang dari 4-hydroxybenzoic acid, its salt and esters dengan nomor ACD 12 di daftar pengawet.

ester adalah methylethylpropylisopropylbutylisobutyl, dan phenyl. Kadar maksimumnya 0,4 persen (asam) untuk ester tunggal serta 0,8 persen (asam) untuk ester campuran yang di tambahkan kedalam sediaan kosmetik dengan tujuan utama untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

Baca juga : 5 Sunscreen dengan Calendula, Atasi Kerusakan Kulit

Sementara itu, penggunaan pengawet paraben sebenarnya mengundang kontroversi karena beberapa penelitian menunjukkan paraben bisa memicu masalah kesehatan serius seperti pencetus kanker dan masalah kesuburan pada pria.

Ada juga penelitian yang di lakukan oleh Kyoto Prefectural University of Medicine, bahwa beberapa jenis paraben yang aman, bisa juga bermutasi menjadi racun berbahaya saat terkena sinar matahari.

Lain halnya dengan para ilmuwan dari Food and Drug Administration (FDA) yang menyatakan paraben aman, tetapi masih di butuhkan penelitian lanjutan.

Baca juga : 5 Sunscreen dengan Calendula, Atasi Kerusakan Kulit

Di perkirakan lebih dari 90 persen dari semua produk kosmetik mengandung satu atau lebih paraben. Faktanya, paraben merupakan zat pengawet yang paling banyak di gunakan di dunia karena keberhasilannya, rendahnya risiko iritasi yang mungkin timbul, dan stabilitasnya.

Pada dasarnya, setiap bahan kimia yang di tempelkan pada kulit dapat menyebabkan gangguan kulit. Jika aplikasi pertama pada kulit menyebabkan reaksi di sebut iritan, kemudian kalau terjadi kelainan setelah pemakaian berulang di sebut sensitizer.

Baca juga : 5 Sunscreen dengan Calendula, Atasi Kerusakan Kulit

Pencetus keracunan, kanker, atau kelainan kulit yang mengancam kesehatan bukan hanya dari paraben saja, tetapi bisa juga dari bahan kimia lain seperti sodi um lauryl sulfate (SLS) dan ammonium lauryl sulfate (ALS), propylen glycolisopropyl alcoholdi ethanolamine (DEA), triethanolamine (TEA) dan monoethanolamine (MEA), aluminium, minyak mineral, serta polyethylen glycol (PEG). Penggunaan berlebihan dapat menimbulkan iritasi yang hebat bahkan komplikasi penyakit dalam. Penting di ketahui, bahwa paraben bukanlah satu-satunya zat yang memiliki efek estrogenik terhadap tubuh.

Uni Eropa telah sepenuhnya melarang isopropyl- dan isobutylparabens di semua produk perawatan pribadi, dan mereka membatasi jumlah butil- dan propilparaben dalam produk. Sepuluh negara Asia Tenggara ASEAN dan Jepang juga telah membatasi paraben ini.

7. Apakah harus menghentikan pemakaian produk yang mengandung paraben?

Jawabannya akan tergantung preferensi pribadi. Jika memilih produk tanpa bahan kimia ini, umumnya konsekuensinya adalah umur simpan produk yang lebih pendek.

Menghilangkan paraben sepenuhnya bisa menjadi pilihan tepat jika kamu merasa tidak nyaman hasil dengan penelitian seputar dampak paraben terhadap tubuh serta lingkungan.

Apabila ingin mengambil langkah lebih jauh untuk berhenti menggunakan produk yang berpotensi bahaya dari rutinitas kecantikan, waspadai bahan-bahan ini:

Baca juga : 5 Sunscreen dengan Calendula, Atasi Kerusakan Kulit

  • Formaldehida dan formaldehyde-releaser: Formaldehida di kenal sebagai karsinogen dan di gunakan sebagai pengawet dalam cat kuku, pelemas rambut, parfum, atau sabun.
  • Triclosan dan triclocarban: Aditif antibakteri yang di temukan dalam sabun tangan ini telah di larang oleh FDA karena kemungkinan bahaya yang di timbulkannya sebagai pengganggu endokrin.
  • Phthalates: Di gunakan untuk melunakkan plastik untuk barang-barang seperti detergen kemasan tabung. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mereka juga bertindak sebagai pengganggu endokrin, menurunkan testosteron pada pria.
  • Toluena: Bahan ini di masukkan ke dalam pengencer cat, yang berarti bisa di temukan dalam cat kuku. Meskipun FDA menganggapnya aman dalam dosis kecil, jika menghirupnya dapat menyebabkan kerusakan otak dan membahayakan bayi yang belum lahir.
  • Hydroquinone: Bahan kimia ini telah di gunakan selama bertahun-tahun sebagai alat pencerah kulit, muncul dalam produk yang di jual bebas dan obat resep. Tetapi karena di kaitkan dengan masalah ginjal dan bahkan kanker pada tikus, FDA mempertimbangkan untuk membatasinya, tetapi akhirnya menarik diri, dengan mengatakan lebih banyak penelitian perlu di lakukan terlebih dahulu. Mengikuti CARES Act (2020), hydroquinone tidak lagi memenuhi syarat untuk menjadi produk yang di jual bebas namun masih dapat di peroleh melalui resep dokter.
  • 1,4 dioxane: Bahan kimia karsinogenik ini “licik”, tidak muncul di label mana pun. Mengapa? Karena ini tidak sengaja di tambahkan. Bahan ini di produksi selama proses pembuatan untuk mengencerkan bahan kimia yang lebih keras dalam bubble bath, losion, sampo, dan pembersih.POKERONLINE
cs

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *