Mobilitas Kelas Menengah Kota
BERITA UNIK

Mobilitas Kelas Menengah Kota


PelangiKoin Lounge |  Perhatian banyak ahli pada Mobilitas kelas menengah kota terus meningkat dari waktu ke waktu. Perhatian dan tentunya beragam kajian dari variasi sudut pandang juga telah memperkaya literasi kita.

Meski mulanya unsur ekonomi sangat kental dalam setiap telaah, namun belakangan aspek-aspek lain seperti media sosial.

makin menyeruak ke ruang publik untuk tidak hanya memberi perenungan baru melainkan juga meninggalkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab.

Mobilitas Kelas Menengah Kota

Salah satu ciri melekat dari kelas menengah kota ialah tingkat mobilitasnya yang tinggi. Dalam konteks kekinian, mobilitas di sini perlu dicermati dari dua pemaknaan sekaligus: fisik dan digital Bagi Mobilitas Kelas Menengah Kota

Jika dalam sosiologi klasik, mobilitas diasosiasikan pada perpindahan fisik secara vertikal (misalnya promosi jabatan) dan horizontal (misalnya pindah domisili).

maka semenjak teknologi digital menjadi bagian dari masyarakat modern, seorang sarjana Inggris, John Urry telah mendeteksi lima bentuk mobilitas .

Baginya perjalanan fisik manusia hanyalah satu bagian dari mobilitas selain perpindahan barang atau benda; imajinasi dari satu tempat ke tempat lain lewat teks, gambar, film serta televisi; perjalanan virtual di internet

secara real-time sehingga dapat melampaui jarak geografis; dan pergerakan komunikatif via pesan yang saat ini tersedia dengan sedemikian banyak pilihan mediumnya.

Oleh karenanya, mengamati mobilitas kelas menengah kota yang masif itu juga membutuhkan telaah multisektor.

Hal ini karena terdapat banyak media yang memungkinkan mobilitas itu berlangsung termasuk website, smartphone, komputasi nirkabel, hingga game mobile.

Selain juga yang tak kalah penting ialah infrastruktur penunjang seperti sistem jalan raya, bandara, kafe internet, taman kota, mobil dan sepeda motor, serta wireless hotspot.

GPS & Waze

Sebagai implikasinya, geografi dan penghuni kota yang terus tumbuh menggeser perilaku-perilaku masyarakat terutama bagaimana menjalani kehidupan kota.

bergerak pada satu tempat ke tempat lain dengan ketergantungan yang tinggi pada aplikasi-aplikasi berbasis Global Positioning System (GPS) seperti Google Maps dan WAZE.

Jika dulu orang asing di suatu tempat baru akan mudah tersesat, aplikasi berbasis lokasi ini bukan hanya menyelamatkan diri dari buta arah namun dalam skala lebih luas memicu pertumbuhan signifikan pada travelling industry misalnya.

Teknologi ini juga terbukti mewakili cara baru smartphone yang memediasi hubungan antara pengguna dan ruang fisik serta digital dan menghubungkannya ke jaringan sosial.

Semua orang akan terhubung ketika check-in di suatu tempat dan menemukan orang lain di dekatnya,

demikian pula saat ada keluhan mengenai layanan dan harga secangkir kopi di sebuah kafe.

Wajah kota dan mobilitas kelas menengah yang demikianlah yang akan terus berubah pada tahun-tahun mendatang.

Namun yang pasti, digitalisasi tidak lagi dipandang sebagai media perantara melainkan apa yang dikerjakan dalam kehidupan nyata, tak ubahnya dengan kehidupan maya.

BACA JUGA : Operasi Plastik? Pria Ini Rela Demi Punya Perut Six Pack

cs

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *